Softskill (Peng. Kreativitas&Keberbakatan) - Pertemuan kedua
A.
Teori-teori
Pendorong Kreativitas
1.)
Motivasi
Intrinsik Untuk Kreativitas
Amabile
dan teman-teman telah melakukan berbagai
studi empiris yang menekankan motivasi instrinsik,yang menyenangi apa yang
sedang ia lakukan,dengan tingkah laku kreatif. Peran penting dari motivasi
instrinsik digambarkan oleh Amabile (dalam Ng Aik Kwang,2001:6) dalam model
komponen Kreativitas yang terdiri dari komponen penting :
1. Keterampilan
dalam ranah yang relevan (domain-relevant
skill) yang mengacu pada pengetahuan,keterampilan dan kemampuan yang
berkaitan dengan ranah khusus dimana seorang yang kreatif tertarik.
2. Keterampilan
yang relevan dengan Kreativitas (creativity-relevant
skill) yang mengacu pada kemampuan kognisi,seperti kemampuan berpikir
divergen, sebaik seperti ciri-ciri kepribadian seperti keterbukaan terhadap
pengalaman kecondongan (penchant)
mengambil resiko,toleransi yang besar terhadap kebermaknaan ganda (ambiquitas)
3. Motivasi
instrinsik yang mengacu pada keinginan untuk melakukan suatu tugas yang masih
dipertanyakan. Tanpa adanya motivasi instrinsik ini,ia akan menghadapi
kesulitan untuk tetap pada jalurnya atau pendapatnya, terutama dengan banyaknya
hambatan yang ia hadapi,misalnya hadiah eksternal yang mempengaruhi untuk
meninggalkan idenya.
2.)
Kondisi
Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreativitas
Kretaivitas
memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh, bibit
unggul memerlukan kokdisi yang memupuk dan memungkinkan bibit itu mengembangkan
sendiri potensinya.
Bagaimana cara
menciptakan lingkungan eksternal yang dapat memupuk dorongan dalam diri anak
(internal) untuk mengembangkan kreativitasnya?
Menurut
pengalaman Carl Rogers dalam psikoterapi adalah dengan menciptakan kondisi
keamanan dan kebebasan psikologis.
1. Keamanan psikologis
Ini dapat
terbentuk dengan 3 proses yang saling berhubungan:
a. Menerima individu sebagaimana adanya dengan
segala kelabihan dan keterbatasannya.
b. Mengusahakan suasana
yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada / tidak mengandung efek
mengancam. Evaluasi selalu mengandung efek mengancam yang menimbulkan kebutuhan
akan pertahanan ego.
c. Memberikan pengertian secara empatis
dapat
menghayati perasaan-perasaan anak, pemikiran-pemikirannya, dapat melihat dari
sudut pandang anak dan dapat menenrimanya, dapat memberikan rasa aman.
2. Kebebasan psikologis
Apabila guru mengijinkan atau
memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan secara simbolis (melalui
sajak atau gambar) pikiran atau perasaannya. Ini berarti mmebrei kebebasan dalam
berfikir atau merasa apa yang ada dalam dirinya.
B.
Teori-teori
Proses Kreatif
1.) Teori Wallas
Menurut
Wallas, proses kreatif terjadi melalui empat tahap. Tahap tersebut meliputi :
a. Persiapan
Pada tahap pertama,seseorang mempersiapkan diri untuk
memecahkan masalah dengan belajar berpikir,mencari jawaban,dan bertanya kepada
orang lain. Pada tahap ini pula proses identifikasi masalah,paradoks,atau fokus
perhatian. Pertanyaan dapat berupa bersifat ilmiah dan artistik.
b. Inkubasi
Pada tahap kedua kegiatan mencari dan menghimpun data
atau informasi tidak dilanjutkan. Jadi pada tahap inkubasi ini,seseorang
seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut.
c. Iluminasi
Pada
tahap ketiga atau tahap iluminasi,disebut pula dengan tahap munculnya
“insight”. Maksud dari insight adalah timbulnya inspirasi atau gagasan
baru,beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya
insprirasi tersebut.
d. Verifikasi
Tahap
terakhir atau tahap verifikasi adalah tahap dimana ide atau kreasi beru
tersebut harus diuji terhadap realitas. Pada tahap ini diperlukan pemikiran
kritis dan konvergen. Dengan kata lain, proses divergensi atau pemikiran
kreatif harus diikuti dengan proses konvergensi atau pemikiran kritis.
2.)
Teori
Tentang Belahan Otak Kanan dan Otak Kiri
Otak besar (cortex) terbagi atas dua
belahan yang dihubungkan oleh sebuah bundelan serabut yang saling mengubungkan
(interconnecting) yang disebut sebagai corpus
callosum. Belahan kanan korteks berfungsi untuk mengontrol tubuh bagian
kiri,dan belahan kiri korteks mengontrol tubuh bagian kanan. Belahan kiri dan
kanan otak menanggapi jenis pengalaman yang berbeda dan menanggapinya secara
khas. Menurut teori Wittrock (1980 dalam Clark,1988) menyatakan bahwa belahan
otak kiri bertanggung jawab bagi pemikiran linear,sequential,analytic dan
rational. Sedang pemikiran-pemikiran metaphoric,spatial,holistic merupakan
tanggung jawab belahan otak kanan.
Perlu diingat bahwa kedua belahan otak
kanan dan kiri berfungsi saling melengkapi, bekerja secara kooperatif dalam
memproses informasi (Clark,1988). Dari pandangan Wittrock (1980) dan pandangan
Springer dan Deutch (1981) jelas bahwa kreativitas merupakan fungsi belahan
otak kanan,tercermin dari fungsi divergen,metaforik,intuitif,sintesis,holistik
yang kesemua fungsi tersebut merupakan fungsi kreativitas.
DIKOTOMI
FUNGSI MENTAL
Belahan
Otak Kiri
|
Belahan
Otak Kanan
|
Intelek
|
Intuisi
|
Konvergen
|
Divergen
|
Intelektual
|
Emosional
|
Rasional
|
Metaforik, intuitif
|
Verbal
|
Non Verbal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Konkret
|
Abstrak
|
Realistis
|
Impulsif
|
Diarahkan
|
Bebas
|
Diferensial
|
Eksistensial
|
Sekuensial
|
Multipel
|
Historikal
|
Tanpa Batas Waktu
|
Analitis
|
Sintesis, Holitik
|
Eksplisit
|
Implisit
|
Objektif
|
Subjektif
|
Suksesif
|
Simultan
|
Sumber : Springer, S.P dan Deutsch,
1981 (dalam utami munandar 1999)
C. Belajar Kreatif
1.) Pengertian Belajar Kreatif
Belajar
kreatif menurut Treffinger (1980) menjadikan anak-anak bertindak lebih efektif,
karena pemantapan sasaran-sasaran untuk mencapai ini terkait dengan suatu
pemikiran masa depan yang merupakan pengembangan peluang untuk mengatasi
permasalahan yang belum atau tidak dapat diantisipasikan, dan bisa memiliki
pengaruh besar dalam kehidupan kita. Namun, lebih penting dari itu bahwa belajar
kreatif sangat mengasyikkan. Meskipun memiliki karakteristik-karakteristik
unik, pembelajaran kreatif bukanlah monopoli belajar anak berbakat, dan belajar
kreatif ini dapat ditingkatkan, karena memiliki ciri kewajaran.
2.) Liputan
Proses Belajar Kreatif
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun
program pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam
belajar yaitu:
§
Menciptakan
lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif :
a. Memberikan
Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku
kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap
menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa
sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur,
mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran
kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang
berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin
untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan
pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu
siswa.
b. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi
kelompok.
c. Kesibukan
Dalam Kelas
kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih
banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya
agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap
duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert
suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara
kreatif.
d. Guru sebagai
Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai
fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa.
Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan
inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa
dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa
yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 2009 :
78-81).
§
Mengajukan dan
mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan
guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang
siswa untuk bertanya.
a. Tehnik
Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah
pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa
mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan
menguji atau menilai informasi mereka.
b. Metode Diskusi
Dalammetode dikusi, peran guru dangat menentukan
keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada
siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah.
Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk
menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari
arah yang dituju.
c. Metode
Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan,
penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses
pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui
inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor
yang memotivasi siswa untuk melanjutkan
dengan merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini
masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan
pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga
adalah mencari atau menjajaki (searching).
§
Mengajukan
pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif)
antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu
kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah
terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu
situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa
saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu
terjadi di sini.
Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif
(sikap) dan Psikomotorik (perasaan).Dalam rangka membangun manusia seutuhnya
perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan
mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan)
dan perkembangan moral.
Teknik-teknik belajar kreatif dijelaskan sebagai
berikut:
ü Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran
kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya
berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan
membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan
terbuka :
· Menyelesaikan
sesuatu yang telah dimulai
· Mencari
penggunaan baru dari benda sehari-hari
· Meningkatkan
atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 2009 : 100-1003).
ü Sumbang Saran
Tehnik yang dikembangkan oleh Osborn ini dapat
diterapak unutk memecahkansuaut masalah dalam kelompok kecil (Sekitas 8-10
orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota
kelompok. Hal-hal yang pelru diperhatikan meliputi :
a. Kebebasan
dalam memberikan gagasan
b. Penekanan pada
kuantitas
c. Kritik
ditangguhkan
d. Kombinsi dan
peningkatan gagasan
e. Mengulangi
gagasan (Munandar, 2009 : 104).
ü Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik ini bertujuan melancarkan arus pencetusan
gagasan dalam pemecahan masalah seperti mengembangkan, meningkatkan, dan
memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan meninjau daftar pertanyaan yang
membantu melihat hubungan-hubungan baru.
ü Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik ini digunakan untuk mengubah gagasan guna
meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situasi. Pertama-tama semua
atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi dicatat, kemudian masing-masing
ciri ditinjau satu persatu untuk mempertimbangkan kemungkinan mengubah atau
memperbaiki obyek atau situasi tersebut.
ü Hubungan yang dipaksakan
Tehnik lain untuk merangsang gagasan-gagasan kreatif
ialah dengan cara “memaksakan” suatu hubungan antara objek atau situasi yangn
dimasalahkan dengan unsure-unsur lain untuk menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud
dari “memaksakan hubungan” ialah agar kita dapat melepskan diri dari
hubungan-hubungan yang lazim atau yang sudah mejadi tradisi (kebiasan) untuk
menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru.
ü Pendekatan Morfologis
Pada tehnik pendekatan atau analisis morfologis kita
berusaha memecahkan suatu masalah atau memperoleh ide-ide baru dengan cara
mengkaji dengan cermat bentuk struktur masalahPemecahan masalah secara kreatif.
3. Mengapa
Belajar Kreatif itu penting ?
Serniawan menguraikan empat konsep penting
mengapa seseorang perlu belajar kreatif. Keempat alasan tersebut adalah sebagai berikut :
Ø Belajar kreatif membantu seseorang menjadi lebih
berhasil guna dalam melakukan pekerjaan.
Ø Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan
untuk memecahkan masalah yang tidak mampu diramalkan yang timbul di masa depan.
Ø Belajar kreatif menimbulkan akibat yang besar dalam
kehidupan seseorang dapat mempengaruhi, bahkan dapat mengubah karir pribadi
serta dapat menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang.
Ø Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan
kesenangan yang besar. Secara lebih luas, belajar kreatif dapat menimbulkan
terciptanya ide-ide baru, cara-cara baru dan hasil-hasil yang baru.
Dari uraian tadi, berpikir kreatif dapat dinilai
sebagai segi yang amat penting dalam kehidupan.
Daftar
Pustaka
Heru Basuki, A.M. (2005). Kreativitas,Keberbakatan,Intelektual Dan
Faktor-Faktor Pendukung Dalam Pengembangannya. Jakarta : Universitas
Gunadarma
Munandar, Utami 2009. Kreativitas
dan keberbakatan. Jakarta: Rineka cipta.
Naga,S.Dali.dkk,..
(2006). Jurnal Provitae. Jakarta:
Obor Indonesia
Serniawan, Conny. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT. Gramedia
Sukamto,
slamet. Dkk. (2006). Ekonomi SMA Kelas
XII. Jakarta: Yudhistira
Komentar
Posting Komentar