Empowerment, Stress, Konflik & Komunikasi dalam Manajemen
Nama : Cerly
Dwinanda
Kelas : 3PA14
NPM : 12514300
TUGAS 4
I.
Empowerment, stress, & konflik
A.
Pengertian Empowerment
Empowerment, merupakan istilah yang
cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber Daya Manusia.
Banyak penafsiran tentang empowerment. Dan salah satu penafsiran
yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowermentsebagai
pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan. Empowerment , yaitu upaya
mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan
kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang
menentukan hidup mereka sendiri.
Secara umum pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sosial
multi-dimensional yang membantu penduduk untuk mengawasi kehidupannya sendiri.
Pemberdayaan itu merupakan suatu proses yang memupuk kekuasaan (yaitu,
kemampuan mengimplementasikan) pada individu, untuk penggunaan bagi kehidupan
mereka sendiri, komunitas mereka, dengan berbuat mengenai norma - norma yang
mereka tentukan. (Page & Czuba,
1999:3).
Richard Carver, Managing
Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai
mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara
pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan
sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran
organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong
pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan
membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada beberapa
pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua definisi
yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment mengandung
unsur-unsur sebagai berikut :
· Adanya pelimpahan
kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber
daya yang memadai.
· Adanya kontrol atas pelimpahan
kewenangan dari manajemen.
· Adanya penciptaan
lingkungan agar pegawai dapat memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara
maksimum untuk mencapai sasaran organisasi.
B.
Pengertian Stress
Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang
individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait
dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak
pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum
rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut
Robbins (2001) stress juga dapat
diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam
mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat
batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan
penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi
keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun
dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979)
menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala
peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress
berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa
stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Ø Sumber Stress
C.
Pengertian konflik
Menurut Robbins, Konflik adalah
suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah
memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak
lain.
Menurut Alabaness, Pengertian Konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada
di antara pihak-pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan
dan peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.
Dari kedua pengertian konflik yang
disampaikan pakar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Konflik adalah proses
yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut persepsi dari orang atau
pihak yang mengalami dan merasakannya. Dengan demikian jika suatu keadaan tidak
dirasakan sebagai konflik, maka pada dasarnya konflik tersebut tidak ada dan
begitu juga sebaliknya.
Ø Jenis-Jenis
Konflik
Konflik dibedakan dalam beberapa perspektif antara lain :
(1)
Konflik
Intraindividu.
Konflik ini dialami oleh individu dengan
dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi di luar berbeda
dengan keinginan atau harapannya.
(2)
Konflik
Antarindividu.
Konflik yang terjadi antarindividu yang
berada dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok yang berbeda.
(3)
Konflik
Antarkelompok.
Konflik yang bersifat kolektif antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya.
(4)
Konflik
Organisais.
Konflik yang terjadi antara unit
organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional. Contoh konflik ini :
konflik antara bagian pemasaran dengan bagian produksi.
Macam macam konflik ditinjau dari fungsinya, yaitu :
(1) Konflik Konstruktif
merupakan
konflik yang memiliki nilai positif bagi pengembangan organisasi.
(2) Konflik
Destruktif
konflik yang
berdampak negatif bagi pengembangan organisasi.
Macam
macam konflik ditinjau dari segi
instansionalnya, yaitu :
(1) Konflik kebutuhan individu dengan peran yang
dimainkan dalam organisasi. Tidak
jarang keinginan dan kebutuhan karyawan bertentangan atau tidak sejalan dengan
kepentingan dan kebutuhan organisasi. Hal ini yang bisa memunculkan konflik.
(2) Konflik
peranan dengan peranan. Misalnya setiap karyawan organisasi yang memiliki peran
berbeda-beda dan ada kalanya perbedaan peran tiap individu tersebut memunculkan
suatu konflik, karena setiap individu tersebut berusaha untuk memainkan peran
tersebut dengan sebaik-baiknya.
(3) Konflik
individu dengan individu lainnya. Konflik ini seringkali muncul jika seorang
individu berinteraksi dengan individu lainnya karena latar belakang, pola
pikir, pola tindak, minat, kepribadian, persepsi dan sejumlah karakteristik
yang berbeda antara hubungan yang satu dengan yang lain.
Macam macam konflik ditinjau dari segi materi atau masalah yang menjadi
sumber konflik, yaitu :
(1) Konflik tujuan.
Adanya perbedaan tujuan antarindividu,
organisasi atau kelompok dapat memunculkan konflik.
(2) Konflik peranan.
Setiap manusia memiliki peran lebih dari
satu. Peran yang dimainkan ini seringkali memunculkan konflik.
(3) Konflik nilai.
Nilai yang dianut seseorang seringkali
tidak sejalan dengan sistem nilai yang dianut organisasi atau kelompok. Hal ini
juga dapat berpotensi untuk memunculkan konflik.
(4) Konflik kebijakan.
Konflik ini muncul karena seorang individu
atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang ditetapkan organisasi.
Macam macam konflik menurut Mastenbroek, yaitu :
(1)
Instrumen
Conflicts
Konflik yang terjadi karena adanya
ketidaksepahaman antarkomponen dalam organisasi dan proses pengoperasiannya.
(2)
Socio-emotional
Conflicts
Konflik yang berkaitan dengan identitas,
kandungan emosi, prasangka, kepercayaan, citra diri, keterikatan, identifikasi
terhadap kelompok, lembaga dan lambang-lambang tertentu, sistem nilai dan
reaksi individu dengan yang lainnya.
(3)
Negotiating
Conflicts atau konflik negosiasi
Ketegangan-ketegangan yang dirasakan pada
waktu proses negosiasi terjadi, baik antara individu dengan individu maupun
kelompok dengan kelompok.
(4)
Power and
Dependency Conflicys
Konflik kekuasaan dan ketergantungan
berkaitan dengan persaingan dalam organisasi, misalnya pengamanan dan penguatan
kedudukan yang strategis.
Ø Proses-proses
Konflik
Ø Kasus Yang
Berkaitan Dengan Stress & Konflik
ü KASUS 1
Lagi,
Tawuran Napi di Lapas Kerobokan Bali, 1 Luka Parah
TRIBUN-BALI.COM,DENPASAR
- Bentrok antar narapidana
kembali terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan Bali, Kamis
(7/2/2013).
Akibat bentrok ini
satu orang napi dilarikan ke rumah sakit akibat luka parah.
Perkelahian itu
berlangsung sekitar pukul 12.30 siang di Blok B Lapas terbesar di Bali ini.
Pihak Lapas menolak menjelaskan penyebab dan kronologi kejadian itu dengan
alasan masih dalam penyelidikan.
Kepala Lapas Kerobokan
Gusti Ngurah Wiratna yang dihubungi hanya membenarkan insiden itu. Namun dia
membantah tawuran itu melibatkan banyak napi, tapi hanya dua orang.
"Itu pun hanya
pukul-pukulan, tidak ada senjata tajam," katanya kepada beritabali.com.
Sumber di lingkungan
lapas menyebutkan, tawuran antar napi itu dipicu oleh rebutan lahan
penjualan narkoba di dalam penjara.
Gede Budiana, napi kasus
narkoba yang menjadi korban kini dirawat di RS Sanglah Denpasar.
"Korban terluka
parah di bagian kepala," ujar petugas yang menolak disebut namanya.
Sumber
: http://bali.tribunnews.com
o Solusi
Menurut
saya pribadi, kasus ini bukanlah satu-satunya kasus yang pernah terjadi di
Indonesia, sudah banyak pula kasus-kasus para napi yang berkonflik di dalam
penjara hingga akhirnya berujung pada perkelahian dan jatuhnya korban jiwa. Dalam
kasus ini, sangatlah di sayangkan bahwa penyebab konflik ini adalah karena
kedua belah pihak saling berbeut lapak untuk berjualan narkoba. Harap di garis
bawahi kalimat ‘berjualan narkoba’.
Sebenarnya
solusi dari kasus konflik ini adalah perlu adanya pembenahan dari pihak lapas
terkait ketegasan & peraturan bagi para napi yang berada di dalam lapas. Bagaimana
bisa terdapat napi yang sedang berjaulan di dalam lapas ? Petugas lapas juga
seharusnya dapat lebih bersikap adil sesuai hukum. Dapat memberikan sanksi yang
sesuai kepada para napi yang berjualan narkoba di dalam lapas. Sehingga konflik
antar napi itu dapat terhindarkan.
ü KASUS 2
Kasus
Karyawan Meninggal Karena Kerja Nonstop
Li Yuan adalah seorang
karyawan yang bekerja di bidang periklanan di China. Di usianya yang ke-24,
Yuan diketahui meninggal pada bulan Mei 2013. Sebulan sebelumnya, Yuan
diketahui seringkali bekerja terlalu keras dan tanpa henti. Dia seringkali
bekerja lembur hingga pukul 11 malam di perusahaannya Ogilvy & Mather
China.
Pada hari Senin pukul
lima sore, Yuan tiba-tiba saja berdiri dan mengeluhkan sakit pada bagian
dadanya. Setelahnya dia jatuh tak sadarkan diri. Yuan segera dilarikan ke rumah
sakit, namun sudah terlambat. Dokter menjelaskan bahwa dia meninggal akibat
serangan jantung.
Diketahui bahwa China
memang memiliki angka yang cukup tinggi, bahkan mengalahkan Jepang, untuk
jumlah karyawan yang meninggal akibat pekerjaan. sekitar 600.000 karyawan di
China meninggal akibat ‘kelelahan’ setiap tahunnya, seperti dilansir oleh The
China Youth Daily. Kebanyakan penyebabnya berkaitan dengan stres, stroke, dan
serangan jantung. Beberapa gejala yang dialami adalah insomnia, anoreksia,
serta rasa sakit pada dada.
Sumber : http://duniabaca.com
o Solusi
Dalam
kasus ini, kematian Li Yuan didasarkan pada faktor tekanan stress saat ia
bekerja. Dapat dibayangkan betapa ekstremnya wanita berusia 24 tahun ini dalam
mengelola waktu kerjanya. Ia kerap lembur tiap hari, dan kerap tak
henti-hentinya dalam melakukan pekerjaannya. Saya akan memberikan solusi dalam
kasus ini yang dilihat dari dua sisi. Pertama, dari diri Li Yuan sendiri,
seharusnya ia lebih dapat mengelola waktu dengan baik, antara merefreshingkan
dirinya dengan pekerjaannya. Karena apabila ia memiliki banyak pekerjaan, namun
dapat meluangkan waktu sedikit untuk merefreshingkan dirinya, hal seperti ini
dapat di minimalisir keadaannya. Ia pun juga harus dapat mengelola stressnya
dengan baik, bisa dengan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, bercerita
perihal keresahan-keresahan atau beberapa bebannya kepada teman-teman terdekatnya.
Sehingga ia tidak memiliki tekanan stress yang begitu tinggi.
Kemudian,
dari sisi perusahaan itu sendiri, seharusnya perusahaan terutama yang berada di
Cina tidak memforsirkan pekerjaan yang terlalu banyak kepada
karyawan-karyawannya. Setidaknya, berikan karyawan satu hari libur diantara
seminggu yang karyawan miliki. Karena efek dari bekerja secara berlebihan selain
tidak baik bagi kondisi fisik karyawan, kondisi psikologisnya pun akan iku terpengaruhi
oleh stress tersebut.
Atau
alangkah lebih baiknya, di Cina sendiri
membuat peraturan perundang-undangan mengenai kemanusiaan dalam bekerja, sehingga
perusahaan-perusahaan di Cina memiliki aturan-aturan baku mengenai pemforsiran
karyawan dalam bekerja. Hal ini dapat membuat karyawan lebih merasa
dimanusiakan saat bekerja dan mengurangi kasus stress kerja yang berujung pada kematian
yang marak terjadi di Cina.
ü KASUS 3
Konflik Tak Kunjung Usai, Anak Mario Teguh Stres
Hingga Dilarikan ke Rumah Sakit, Usaha Online Tutup!
Mario Teguh bersama
keluarganya saat ini memang mendapat ujian cukup berat setelah Ario Kiswinar
Teguh buka-bukaan soal jati dirinya dengan menyatakan sebagai anak kandung dari
Mario Teguh dari pernikahan pertamanya.
Masalah berlanjut dan
kian bertambah rumit setelah pemberitaan di media dan juga percakapan di sosial
media semakin riuh tak terbendung.
Buntut dari permasalahan
ini, anak-anak Mario Teguh (Audrey Teguh) dari hasil pernikahannya dengan Linna
Teguh, mengalami syok bahkan depresi. Bahkan anak Mario Teguh harus dilarikan
ke rumah sakit.
Dikutip dari Pekanews,
Vidi Syarief, kuasa hukum Linna Teguh mengungkapkan, “Anaknya ada bisnis
online, ditutup. Akhirnya stres dan dirawat”.
Sementara secara material
akibat masalah ini, Linna Teguh dan keluarganya mengaku mengalami kerugian
sekitar Rp 7 Milyar. Namun secara immaterial, katanya, tidak terhitung.
“(Gara-gara masalah ini, keluarga Mario Teguh) enggak bisa ke tempat umum,
malu,” tutupnya.
Sumber :
http://www.wajibbaca.com
o Solusi
Berdasarkan
kasus di atas, dapat terlihat bahwa kasus ini adalah kombinasi antara kasus
yang berkaitan dengan konflik & stress. Dalam kasus ini, seharusnya sang
ayah harus lebih dapat mengkomunikasikan perihal konflik dirinya kepada anggota
keluarga, terutama pada anak-anaknya, karena dalam usia mereka yang masih
remaja, konflik yang tiba-tiba meluap ke permukaan dapat sangat membuat anak
menjadi sangat terpuruk, stress, atau bahkan depresi. Konflik yang sampai
membuat sang anak menjadi depresi pastilah amat sulit di terima oleh dirinya,
dan mungkin saja lingkungan sosialnya juga tak mendukung dirinya, hingga
muncullah rasa depresi dalam dirinya.
Selain
komunikasi yang baik dalam keluarga, seharusnya sedari dini sang anak sudah
ditanamkan dasar-dasar saling keprcayaan yang kuat antar anggota keluarga.
Sehingga apabila terdapat pemberitaan dari salah satu anggota keluarga yang tidak
mengenakan, salah seorang anggota keluarga yang lain tidak begitu merasa sakit
dan depresi. Dan hal yang terpenting adalah, kejujuran antar anggota keluarga,
sehingga tidak ada rahasia yang dapat membuat seluruh anggota keluarga dapat
merasa tertekan hingga menyebabkan stress.
I.
Komunikasi dalam Manajemen
A.
Pengertian komunikasi
Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan
mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu
sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam
pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati
empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the
message), saluran (the channel)
dan penerima (the receiver).
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :
“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).
B.
Proses Komunikasi
Tahapan proses
komunikasi adalah sebagai berikut :
1.
Penginterpretasian.
2.
Penyandian.
3.
Pengiriman.
4.
Perjalanan.
5.
Penerimaan.
6.
Penyandian
balik.
7.
Penginterpretasian.
Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan
adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proses
komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi
komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam
pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan
disebut interpreting.
Penyandian
Tahap ini masih ada dalam
komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi
manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding,
akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi:
merubah pesan abstrak menjadi konkret.
Pengiriman
Proses ini terjadi ketika
komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan
peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan.
Perjalanan
Tahapan ini terjadi
antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima
oleh komunikan.
Penerimaan
Tahapan ini ditandai
dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.
Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada
diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang
berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).
Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada
komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.
Proses
komunikasi dapat
dilihat pada skema di bawah ini:
C.
Hambatan Komunikasi
Menurut
Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang
efektif, yaitu :
1. Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar.
Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang
kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin
kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang
bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan
informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal,
kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika
persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini
bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang
yang berbeda. Kita sering
mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang
menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam
atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak
konsisten. Gerak-gerik kita
ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi
porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk
menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan
diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat
kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
D.
Pengertian Komunikasi Interpersonal Efektif dalam
Organisasi
Komunikasi Interpersonal adalah Proses
pertukaran Informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya
atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,.158-159).
Menurut
Devito (1989), komunikasi interpersonal
adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal.
Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti
suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)
Adapun komunikasi interpersonal efektif
dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.
1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi
dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
2. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang
dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.
E.
Model Pengolahan Informasi dalam Komunikasi
Model pemrosesan informasi ditekankan pada
pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan
pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar
kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses
informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk
pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Teori pemrosesan informasi/kognitif
dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif
dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang
kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan
individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari
lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan
manusia (human capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal, (2)
kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan
motorik.
Model
pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1. Rational
Model pengolahan informasi dimana orang- orang benar-benar memproses semua
informasi yang tersedia dalam mencari solusi yang terbaik atau output maksimum.
Model ini memiliki nilai perspektif yang kuat, tetapi akurasi deskriptif lemah.
2. Limited capacity
Model pengolahan informasi yang melemahkan
kondisi model rasional dan mengasumsikan bahwa orang mempermudah pengolahan
informasi dalam mencari solusi (tidak diperlukan optimal).
3. Expert
Model pengolahan informasi Menempatkan
penekanan pada penggunaan pengetahuan mendalam yang sudah dikembangkan oleh
ahli yang melengkapi pengolahan informasi yang telah disederhanakan. Sang ahli
memiliki basis pengetahuan yang jauh lebih besar, yang diperoleh melalui
pengalaman.
4. Cybernetic
Model pengolahan informasi dimana
pengolahan informasi dapat diubah dengan umpan balik.
F.
Model Interaktif Manajemen dalam Komunikasi
1.
Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi
karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi
bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2.
Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat
suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3.
Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen
seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang
bersangkutan
4.
Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu
organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.
Other-orientation
DAFTAR
PUSTAKA :
Anonim. 1999. Manajemen
stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Christian,M.2005.Jinakkan
stress.Bandung:Nexx Media
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta
Hardjana, A.M. 2003, Komunikasi intrapersonal &
Interpersonal,
Jakarta.Kanisisus.
Herujito, Yayat M.2001. Dasar-dasar
Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Hill, Virginia. 2000.
Handbook of stress, coping, and health: implications for nursing research,
theory, and practice. USA: Sage Publication, Inc.
M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi –
Fakultas Pskilogi Unair 2010.
Pace, R. Wayne & Faules, Don F.(2001).
Komunikasi organisasi : strategi
meningkatkan kinerja perusahaan. Terjemahan oleh Deddy Mulyana. Bandung :
Remaja rosda karya
Pawito,
dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi.
Buku Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 1994.
Sopiah,
2008. Perilaku Organisasional.
Penerbit CV ANDI OFFSET : Yogyakarta.
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Media
Pressindo, 2006.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Komentar
Posting Komentar