Empowerment, Stress, Konflik & Komunikasi dalam Manajemen


Nama    : Cerly Dwinanda
Kelas    : 3PA14
NPM     : 12514300
TUGAS 4



I.                   Empowerment, stress, & konflik

A.    Pengertian Empowerment
Empowerment, merupakan istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber Daya Manusia. Banyak penafsiran tentang empowerment. Dan salah satu penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowermentsebagai pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan. Empowerment , yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri.

Secara umum pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sosial multi-dimensional yang membantu penduduk untuk mengawasi kehidupannya sendiri. Pemberdayaan itu merupakan suatu proses yang memupuk kekuasaan (yaitu, kemampuan mengimplementasikan) pada individu, untuk penggunaan bagi kehidupan mereka sendiri, komunitas mereka, dengan berbuat mengenai norma - norma yang mereka tentukan. (Page & Czuba, 1999:3).

Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.

Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada beberapa pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua definisi yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

·       Adanya pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber daya yang memadai.
·       Adanya kontrol atas pelimpahan kewenangan dari manajemen.
·       Adanya penciptaan lingkungan agar pegawai dapat memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara maksimum untuk mencapai sasaran organisasi.

B.     Pengertian Stress

Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.

Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.

Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.

Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.


Ø  Sumber Stress


C.    Pengertian konflik

Menurut Robbins, Konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain.

Menurut Alabaness, Pengertian Konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.

Dari kedua pengertian konflik yang disampaikan pakar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Konflik adalah proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan merasakannya. Dengan demikian jika suatu keadaan tidak dirasakan sebagai konflik, maka pada dasarnya konflik tersebut tidak ada dan begitu juga sebaliknya.


Ø  Jenis-Jenis Konflik

Konflik dibedakan dalam beberapa perspektif antara lain :
(1)   Konflik Intraindividu.
Konflik ini dialami oleh individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi di luar berbeda dengan keinginan atau harapannya.
(2)   Konflik Antarindividu.
Konflik yang terjadi antarindividu yang berada dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok yang berbeda.
(3)   Konflik Antarkelompok.
Konflik yang bersifat kolektif antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
(4)   Konflik Organisais.
Konflik yang terjadi antara unit organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional. Contoh konflik ini : konflik antara bagian pemasaran dengan bagian produksi.

Macam macam konflik ditinjau dari fungsinya, yaitu :
(1)  Konflik Konstruktif
                        merupakan konflik yang memiliki nilai positif bagi pengembangan organisasi.
(2)   Konflik Destruktif
 konflik yang berdampak negatif bagi pengembangan organisasi.

  Macam macam konflik ditinjau dari segi instansionalnya, yaitu :
(1)  Konflik kebutuhan individu dengan peran yang dimainkan dalam organisasi.    Tidak jarang keinginan dan kebutuhan karyawan bertentangan atau tidak sejalan dengan kepentingan dan kebutuhan organisasi. Hal ini yang bisa memunculkan konflik.
(2) Konflik peranan dengan peranan. Misalnya setiap karyawan organisasi yang memiliki peran berbeda-beda dan ada kalanya perbedaan peran tiap individu tersebut memunculkan suatu konflik, karena setiap individu tersebut berusaha untuk memainkan peran tersebut dengan sebaik-baiknya.
(3) Konflik individu dengan individu lainnya. Konflik ini seringkali muncul jika seorang individu berinteraksi dengan individu lainnya karena latar belakang, pola pikir, pola tindak, minat, kepribadian, persepsi dan sejumlah karakteristik yang berbeda antara hubungan yang satu dengan yang lain.

Macam macam konflik ditinjau dari segi materi atau masalah yang menjadi sumber konflik, yaitu :
(1) Konflik tujuan.
Adanya perbedaan tujuan antarindividu, organisasi atau kelompok dapat memunculkan konflik.
(2) Konflik peranan.
Setiap manusia memiliki peran lebih dari satu. Peran yang dimainkan ini seringkali memunculkan konflik.
(3) Konflik nilai.
Nilai yang dianut seseorang seringkali tidak sejalan dengan sistem nilai yang dianut organisasi atau kelompok. Hal ini juga dapat berpotensi untuk memunculkan konflik.
(4) Konflik kebijakan.
Konflik ini muncul karena seorang individu atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang ditetapkan organisasi.

Macam macam konflik menurut Mastenbroek, yaitu :
(1)   Instrumen Conflicts
Konflik yang terjadi karena adanya ketidaksepahaman antarkomponen dalam organisasi dan proses pengoperasiannya.
(2)   Socio-emotional Conflicts
Konflik yang berkaitan dengan identitas, kandungan emosi, prasangka, kepercayaan, citra diri, keterikatan, identifikasi terhadap kelompok, lembaga dan lambang-lambang tertentu, sistem nilai dan reaksi individu dengan yang lainnya.
(3)   Negotiating Conflicts atau konflik negosiasi
Ketegangan-ketegangan yang dirasakan pada waktu proses negosiasi terjadi, baik antara individu dengan individu maupun kelompok dengan kelompok.
(4)   Power and Dependency Conflicys
Konflik kekuasaan dan ketergantungan berkaitan dengan persaingan dalam organisasi, misalnya pengamanan dan penguatan kedudukan yang strategis.


Ø  Proses-proses Konflik





Ø  Kasus Yang Berkaitan Dengan Stress & Konflik

ü  KASUS 1

Lagi, Tawuran Napi di Lapas Kerobokan Bali, 1 Luka Parah

TRIBUN-BALI.COM,DENPASAR - Bentrok antar narapidana kembali terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan Bali, Kamis (7/2/2013).
Akibat bentrok ini  satu orang napi dilarikan ke rumah sakit akibat luka parah.
Perkelahian itu berlangsung sekitar pukul 12.30 siang di Blok B Lapas terbesar di Bali ini. Pihak Lapas menolak menjelaskan penyebab dan kronologi kejadian itu dengan alasan masih dalam penyelidikan.
Kepala Lapas Kerobokan Gusti Ngurah Wiratna yang dihubungi hanya membenarkan insiden itu. Namun dia membantah tawuran itu melibatkan banyak napi, tapi hanya dua orang.
"Itu pun hanya pukul-pukulan, tidak ada senjata tajam," katanya kepada beritabali.com.
Sumber di lingkungan lapas menyebutkan,  tawuran antar napi itu dipicu oleh rebutan lahan penjualan narkoba di dalam penjara.  
Gede Budiana, napi kasus narkoba yang menjadi korban kini dirawat di RS Sanglah Denpasar.
"Korban terluka parah di bagian kepala," ujar petugas yang menolak disebut namanya.

o   Solusi
Menurut saya pribadi, kasus ini bukanlah satu-satunya kasus yang pernah terjadi di Indonesia, sudah banyak pula kasus-kasus para napi yang berkonflik di dalam penjara hingga akhirnya berujung pada perkelahian dan jatuhnya korban jiwa. Dalam kasus ini, sangatlah di sayangkan bahwa penyebab konflik ini adalah karena kedua belah pihak saling berbeut lapak untuk berjualan narkoba. Harap di garis bawahi kalimat ‘berjualan narkoba’.

Sebenarnya solusi dari kasus konflik ini adalah perlu adanya pembenahan dari pihak lapas terkait ketegasan & peraturan bagi para napi yang berada di dalam lapas. Bagaimana bisa terdapat napi yang sedang berjaulan di dalam lapas ? Petugas lapas juga seharusnya dapat lebih bersikap adil sesuai hukum. Dapat memberikan sanksi yang sesuai kepada para napi yang berjualan narkoba di dalam lapas. Sehingga konflik antar napi itu dapat terhindarkan.




ü  KASUS 2

Kasus Karyawan Meninggal Karena Kerja Nonstop

Li Yuan adalah seorang karyawan yang bekerja di bidang periklanan di China. Di usianya yang ke-24, Yuan diketahui meninggal pada bulan Mei 2013. Sebulan sebelumnya, Yuan diketahui seringkali bekerja terlalu keras dan tanpa henti. Dia seringkali bekerja lembur hingga pukul 11 malam di perusahaannya Ogilvy & Mather China.
Pada hari Senin pukul lima sore, Yuan tiba-tiba saja berdiri dan mengeluhkan sakit pada bagian dadanya. Setelahnya dia jatuh tak sadarkan diri. Yuan segera dilarikan ke rumah sakit, namun sudah terlambat. Dokter menjelaskan bahwa dia meninggal akibat serangan jantung.
Diketahui bahwa China memang memiliki angka yang cukup tinggi, bahkan mengalahkan Jepang, untuk jumlah karyawan yang meninggal akibat pekerjaan. sekitar 600.000 karyawan di China meninggal akibat ‘kelelahan’ setiap tahunnya, seperti dilansir oleh The China Youth Daily. Kebanyakan penyebabnya berkaitan dengan stres, stroke, dan serangan jantung. Beberapa gejala yang dialami adalah insomnia, anoreksia, serta rasa sakit pada dada.

o   Solusi
Dalam kasus ini, kematian Li Yuan didasarkan pada faktor tekanan stress saat ia bekerja. Dapat dibayangkan betapa ekstremnya wanita berusia 24 tahun ini dalam mengelola waktu kerjanya. Ia kerap lembur tiap hari, dan kerap tak henti-hentinya dalam melakukan pekerjaannya. Saya akan memberikan solusi dalam kasus ini yang dilihat dari dua sisi. Pertama, dari diri Li Yuan sendiri, seharusnya ia lebih dapat mengelola waktu dengan baik, antara merefreshingkan dirinya dengan pekerjaannya. Karena apabila ia memiliki banyak pekerjaan, namun dapat meluangkan waktu sedikit untuk merefreshingkan dirinya, hal seperti ini dapat di minimalisir keadaannya. Ia pun juga harus dapat mengelola stressnya dengan baik, bisa dengan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, bercerita perihal keresahan-keresahan atau beberapa bebannya kepada teman-teman terdekatnya. Sehingga ia tidak memiliki tekanan stress yang begitu tinggi.

Kemudian, dari sisi perusahaan itu sendiri, seharusnya perusahaan terutama yang berada di Cina tidak memforsirkan pekerjaan yang terlalu banyak kepada karyawan-karyawannya. Setidaknya, berikan karyawan satu hari libur diantara seminggu yang karyawan miliki. Karena efek dari bekerja secara berlebihan selain tidak baik bagi kondisi fisik karyawan, kondisi psikologisnya pun akan iku terpengaruhi oleh stress tersebut.

Atau alangkah lebih  baiknya, di Cina sendiri membuat peraturan perundang-undangan mengenai kemanusiaan dalam bekerja, sehingga perusahaan-perusahaan di Cina memiliki aturan-aturan baku mengenai pemforsiran karyawan dalam bekerja. Hal ini dapat membuat karyawan lebih merasa dimanusiakan saat bekerja dan mengurangi kasus stress kerja yang berujung pada kematian yang marak terjadi di Cina.

ü  KASUS 3

Konflik Tak Kunjung Usai, Anak Mario Teguh Stres Hingga Dilarikan ke Rumah Sakit, Usaha Online Tutup!

Mario Teguh bersama keluarganya saat ini memang mendapat ujian cukup berat setelah Ario Kiswinar Teguh buka-bukaan soal jati dirinya dengan menyatakan sebagai anak kandung dari Mario Teguh dari pernikahan pertamanya.

Masalah berlanjut dan kian bertambah rumit setelah pemberitaan di media dan juga percakapan di sosial media semakin riuh tak terbendung.

Buntut dari permasalahan ini, anak-anak Mario Teguh (Audrey Teguh) dari hasil pernikahannya dengan Linna Teguh, mengalami syok bahkan depresi. Bahkan anak Mario Teguh harus dilarikan ke rumah sakit.

Dikutip dari Pekanews, Vidi Syarief, kuasa hukum Linna Teguh mengungkapkan, “Anaknya ada bisnis online, ditutup. Akhirnya stres dan dirawat”.

Sementara secara material akibat masalah ini, Linna Teguh dan keluarganya mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 7 Milyar. Namun secara immaterial, katanya, tidak terhitung. “(Gara-gara masalah ini, keluarga Mario Teguh) enggak bisa ke tempat umum, malu,” tutupnya.

o   Solusi
Berdasarkan kasus di atas, dapat terlihat bahwa kasus ini adalah kombinasi antara kasus yang berkaitan dengan konflik & stress. Dalam kasus ini, seharusnya sang ayah harus lebih dapat mengkomunikasikan perihal konflik dirinya kepada anggota keluarga, terutama pada anak-anaknya, karena dalam usia mereka yang masih remaja, konflik yang tiba-tiba meluap ke permukaan dapat sangat membuat anak menjadi sangat terpuruk, stress, atau bahkan depresi. Konflik yang sampai membuat sang anak menjadi depresi pastilah amat sulit di terima oleh dirinya, dan mungkin saja lingkungan sosialnya juga tak mendukung dirinya, hingga muncullah rasa depresi dalam dirinya.

Selain komunikasi yang baik dalam keluarga, seharusnya sedari dini sang anak sudah ditanamkan dasar-dasar saling keprcayaan yang kuat antar anggota keluarga. Sehingga apabila terdapat pemberitaan dari salah satu anggota keluarga yang tidak mengenakan, salah seorang anggota keluarga yang lain tidak begitu merasa sakit dan depresi. Dan hal yang terpenting adalah, kejujuran antar anggota keluarga, sehingga tidak ada rahasia yang dapat membuat seluruh anggota keluarga dapat merasa tertekan hingga menyebabkan stress.


I.                   Komunikasi dalam Manajemen

A.    Pengertian komunikasi

Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :
“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).


B.     Proses Komunikasi

Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :

1.      Penginterpretasian.
2.      Penyandian.
3.      Pengiriman.
4.      Perjalanan.
5.      Penerimaan.
6.      Penyandian balik.
7.      Penginterpretasian.

Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.

Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.

Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan.

Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.

Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.

Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).

Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.

Proses komunikasi dapat dilihat pada skema di bawah ini:





C.    Hambatan Komunikasi


Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :

1. Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.


D.     Pengertian Komunikasi Interpersonal Efektif dalam Organisasi

Komunikasi Interpersonal adalah Proses pertukaran Informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,.158-159).

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)

Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.

 1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
 2. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.

E.    Model Pengolahan Informasi dalam Komunikasi

Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.

Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.


Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:

1. Rational
Model pengolahan informasi dimana  orang- orang benar-benar memproses semua informasi yang tersedia dalam mencari solusi yang terbaik atau output maksimum. Model ini memiliki nilai perspektif yang kuat, tetapi akurasi deskriptif lemah.

2. Limited capacity
Model pengolahan informasi yang melemahkan kondisi model rasional dan mengasumsikan bahwa orang mempermudah pengolahan informasi dalam mencari solusi (tidak diperlukan optimal).

3. Expert
Model pengolahan informasi Menempatkan penekanan pada penggunaan pengetahuan mendalam yang sudah dikembangkan oleh ahli yang melengkapi pengolahan informasi yang telah disederhanakan. Sang ahli memiliki basis pengetahuan yang jauh lebih besar, yang diperoleh melalui pengalaman.

4. Cybernetic
Model pengolahan informasi dimana pengolahan informasi dapat diubah dengan umpan balik.


F.    Model Interaktif Manajemen dalam Komunikasi

1.             Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2.      Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3.      Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan
4.      Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.      Other-orientation




DAFTAR PUSTAKA :

Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Christian,M.2005.Jinakkan stress.Bandung:Nexx Media
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta
Hardjana, A.M. 2003, Komunikasi  intrapersonal  &  Interpersonal,                                 Jakarta.Kanisisus.
Herujito, Yayat M.2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Hill, Virginia. 2000. Handbook of stress, coping, and health: implications for nursing research, theory, and practice. USA: Sage Publication, Inc.
M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Pskilogi Unair 2010.
Pace, R. Wayne & Faules, Don F.(2001). Komunikasi organisasi : strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Terjemahan oleh Deddy Mulyana. Bandung : Remaja rosda karya
Pawito, dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994.
Sopiah, 2008. Perilaku Organisasional. Penerbit CV ANDI OFFSET : Yogyakarta.
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.







Komentar

Postingan Populer