TUGAS 2 KESEHATAN MENTAL

I.          PENYESUAIAN DIRI & PERTUMBUHAN
A.   Penyesuaian Diri
      Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.

1)   Penekanan Pertumbuhan
            Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

2)   Variasi dalam Pertumbuhan
            Dalam variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa? Karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.

3)   Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
            Kondisi jasmani seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya.

Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
-       Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
-       Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
-       Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
a)      Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
b)      Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
c)      Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga. Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.

4)   Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan“ yang di persepsikan dan diinterpretasi secara subyektf. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “alam” pengalaman setia yang berbeda dari alam pengalam orang lain (Brower. 1983 : 14). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan Carl Rogers, yng boleh disebut sebagai bapak psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan pandangan humanistik sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen. 1974 :33).

B.   Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.

1.      Penekanan pertumbuhan, penyesuain diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

2.      Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

3.      Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

4.      Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)




II.           STRESS
A.Arti Penting Stress
       Pada dasarnya manusia tidak pernah luput dari masalah baik itu di lingkungan sekitar, keluarga, hubungan pertemanan, fakto pribadi dan organisasi dan lain sebagainya. Stress adalah suatu masalah yang dirasakan oleh seorang individu yang dirasakanya menekan, mengangu dan masalah yang dihadapi suatu individu terasa sangat berat melampaui akan batas kekuatannya untuk  melakukan coping maupun menangungnya sehingga muncul tekanan dan ganguan pada dirinya. Stress dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stress di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. 
Menurut wikpedia bahasa Indonesia  Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya. Jadi merupakan respon automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Sedangkan dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan perubahan-perubahan atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang.

Definisi stress menurut  para ahli :

1.    Lazarus dan folkman, stress adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau diakibatkan kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping.
2.    Pandji Anoraga (2001:108), stress kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan dilingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
3.    Menurut Levy, Dignan, dan Shifers (dalam Astuti,2003) mengatakan bahwa stress merupakan beberapa reaksi fisik dan psikologis yang ditunjukkan seseorang dalam merespon beberapa perubahan yang mengancam dari lingkungannnya yang disebut stressor.
4.    Menurut Baron & Greenberg (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, 2003:308) stress adalah “reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya”
5.    Menurut Wangsa ( 2010) istilah stress berasal dari kata “stringere“ yang mempunyai arti ketegangan, dan tekanan. Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Dimana harmoni atau keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu.
6.    Menurut Veithzal & Ella Jauvani Sagala (2009:1008) adalah “suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir,
7.    Sarwono (dalam Natalia, 2007) : “stress adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban.”
8.    Hans Selye (dalam Santrock, 2003 : 557) : stress adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya.
9.    Spielberger (dalam Handoyo dikutip Natalia, 2007) : “stress adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stress juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.”
10.     Maramis (dalam Doelhadi,1977) yang mengatakan bahwa stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang bila tidak diatasi dengan baik, akan mengganggu keseimbangan hidup dari manusia

       Jadi dari beberapa pengertian stress diatas dapat disimpulkan bahwa stress adalah suatu keadaan dimana individu yang mengalami suatu masalah, tekanan emosi dan sebagainya merespon stimulus akan kondisi tersebut. Namun tak menutup kemungkinan bahwa stress juga menimbulkan suatu hal yang positif atau yang sering disebut dengan stress yang positif.

B. Tipe-tipe Stress Psikologis
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:

1.    Frustasi
       Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
       Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran,  perselingkuhan, dan lain-lain.

2.    Konflik
       Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
-       Konflik menjauh-menjauh (avoidant-avoidant conflict)
Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya, seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai ujian yang sangat jelek, apalagi sampai tidak naik kelas.

-       Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)
Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar yang sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat bersamaan kita sedang mengikuti pelajaran dikelas yang sangat kita sukai.

-          Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidant conflict)
Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan yang baru menikah berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak? Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat dikatakan sempurna, dan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggung jawab atas bayi yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan financial (uang) dan waktu, kemungkinan kehadiran bayi akan mengganggu relasi suami-istri karena mereka sibuk dengan bekerja.

3.    Tekanan
       Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain.

4.    Kecemasan
       Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/ kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.

C. Symptom- Reducing Responses Terhadap Stres
       Kehidupan akan berjalan dengan seiring berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu mempunyai mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadikan strategi saat menghadapi stress :
1.      Represi
Represi terjadi, misalnya, kalau seseorang mengalami suatu peristiwa, tetapi karena ternyata pengalaman itu mengancam/ bertentangan dengan super ego, maka pengalaman tersebut ditekan atau di repres masuk kedalam ketidaksadaran dan disimpan agar tidak mengancam super ego lagi.
2.      Pembentukan Reaksi ( Reaction Formation)
Reaksi seseorang yang sebaliknya dari yang dikehendaki, agar tidak melanggar ketentuan dari super ego.
3.      Proyeksi (Projection)
Karena super ego melarang seseorang mempunyai perasaan atau sikap negative terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain yang mempunyai perasaan atau sikap negative terhadap dirinya.
4.      Penempatan yang Keliru (Displacement)
Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan terhadap orang lain karena hambatan dari super ego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut kepada pihak ketiga.
5.      Rasionalisasi (Rationalisation)
Dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh super ego, dicarikan dasar rasionalnya sedemikian rupa, sehingga seolah olah dapat dibenarkan. Contoh : memukul anak sebenarnya tidak dibenarkan oleh super ego, tetapi seorang ayah tetap memukul anaknya dengan alasan untuk mendidik anaknya agar sang anak mempunyai tingkah laku yang lebih baik.
6.      Supresi (Supression)
Supresi adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan super ego kedalam ketidaksadarannya. Berbeda dari represi, dalam supresi hal yang ditekan atau disupresi adalah hal-hal yang timbul dari ketidaksadarannya sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran. Contoh : dorongan seksual dari anak laki-laki terhadap ibunya (Oedipus Complex).
7.      Sublimasi (Sublimation)
Dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego dialihkan kedalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat. Contoh : hasil korupsi adalah hasil perbuatan yang tidak dibenarkan dan melanggar norma masyarakat atau agama. Agar dia tidak dianggap sebagai seorang koruptor, ia mengamalkan sebagian hasil korupsinya untuk membantu anak yatim piatu atau pendirian rumah ibadah.
8.      Kompensasi (Compensation)
Untuk menutupi kegagalannya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian organ/organ fisiknya, ia membuat prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut atau yang berkaitan dengan organ fisiknya.
9.      Regresi (Regression)
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap egonya, individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak. Contoh : anak yang sudah dewasa tetapi masih suka mengompol.
10.  Penyangkalan
Penyangkalan adalah upaya untuk mengingkari atau menolak kenyataan negatif yang ada pada diri anda atau keluarga anda.
11.  Intelektualisasi
Intelektualisasi adalah upaya melepaskan diri dari situasi stress dan menghadapinya dengan menggunakan istilah-istilah yang abstrak dan intelektual.

D.Pendekatan Problem-Solving Terhadap Stres
       Merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya:

1)   Meningkatkan Toleransi Terhadap Stres
-  Toleransi terhadap tekanan. Membiasakan diri bekerja di bawah stres dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
-  Toleransi terhadap frustrasi. Berusaha lebih independen terhadap lingkungan mencoba memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.
-  Toleransi terhadap konflik. Menyadari adanya konflik mencari segi positif terbanyak dan efek emosionalnya.
-  Toleransi terhadap kecemasan. Mencoba tetap merasakan kecemasan tanpa mengurangi performa kita menggali lebih banyak pengalaman dan belajar menghadapi situasi yang membuat kita cemas.


2)   Pendekatan Yang Berorientasi Tugas
a.    Pendekatan Asertif. Merupakan pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha individu untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.
b.    Pendekatan Menarik Diri. Dapat dilakukan apabila sumber stress tidak dapat dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi stres yang dapat berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah.
c.    Berkompromi. Biasa digunakan apabila agen sumber stress memiliki otoritas lebih tinggi dari kita, atau sama-sama memaafkan (Forgiveness), mengharap hal baik (Hope), gembira (Humor). Adapun Tiga tipe kompromi diantaranya :
-  Comformity. Merubah sikap menjadi lebih realistik mengikuti prosedur umum yang berlaku.
-  Negotiation. Secara aktif mencapai kompromi dengan berbagai situasi stres, biasa digunakan pada area publik dan interpersonal, lebih baik daripada kompromi karena sifatnya mutual.
-  Substitution. Memutuskan alternatif pemecahan terbaik untuk mencapai tujuan yang sama.


3)      Pengelolaan Stres
Pengelolaan stres dapat dilakukan dengan tiga langkah sederhana, yaitu dengan mengenali stres yang kita alami, pahami dampaknya bagi kita (fisik, emosi, perilaku), dan strategi pengendalian stress (penundaan, antisipasi, pengelolaan).

A) Strategi Menghadapi Stres.
a.    Coping.
-            Emotion Focused Coping: usaha individu mengatasi reaksi emosional dari stres yang dialami.
-            Problem Focused Coping: usaha individu untuk merubah lingkungan atau menemukan solusi untuk menghilangkan stressor. Dapat membantu kita mengatasi stres apabila kita memahami gaya coping kita (fisik behavioral), cerebral (kognitif), atau emosi.
b.    Kendali Diri (self-control)
-            Efikasi diri. Efikasi diri merupakan perasaan mampu individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Efikasi diri membantu seseorang untuk mengurangi respon terhadap stress yang dihadapinya (Bandura, 1982; Lazarus & Folkman, 1987).
-            Hardiness. Hardiness merefleksikan karakteristik individu yang memiliki kendali pribadi, mau menghadapi tantangan, dan memiliki komitmen. Tingkat hardiness seseorang mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap stresor potensial dan respon terhadap stres-nya (Maddi & Kobasa, 1984).
-            Mastery. Merupakan perasaan mampu mengendalikan respon stres yang muncul pada dirinya. Tingkat mastery memiliki hubungan dengan respon stress seseorang (Karasek & Theorell, 1990).
c.    Modifikasi Lingkungan
-            Asertif. mengekspresikan hak dan perasaan kita tanpa melanggar hak orang lain.
-            Menghindari jika perlu. Beralih secara fisik maupun emosional dari aktivitas atau kelompok atau individu yang memunculkan stres. Dilakukan apabila asertif dan kompromi tidak berhasil.
-            Berkompromi ketika dapat saling menyesuaikan.
d.    Memperkuat Gaya Hidup
-            Membangun toleransi terhadap stress, dengan memahami seberapa batasan kita dapat bertahan dari stres tanpa munculnya perilaku yang irasional.
-            Mengubah langkah hidup, merubah kebiasaan hidup kita menjadi lebih tahan stres, misal: berjalan lebih lambat, bangun lebih pagi, sempatkan sarapan, hindari menunda pekerjaan, konsentrasi pada pekerjaan (matikan telepon), berkumpul dengan teman, lakukan aktivitas santai, hindari kafein-alkohol-obat.
-            Mengendalikan pemikiran yang mengarah pada distress, dengan berpikir positif, libatkan pada aktivitas humor dan tertawalah.
-            Mencari pertolongan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dengan mengikuti workshop: asertivitas, keterampilan sosial, manajemen stres. Carilah dukungan sosial: teman, pasangan, keluarga, sahabat. Jangan mencari teman hanya pada saat anda kesulitan!


B)  Tips Pengendalian Stres (Pemecahan Masalah Sistematik)
-            Identifikasi situasi yang penuh stress
-            Stres itu wajar, merupakan masalah yang dapat diselesaikan
-            Diskusikan/ curah pendapat dengan orang tua, guru, teman, dan keluarga
-            Antisipasi berbagai kemungkinan pemecahan masalah
-            Pilih satu solusi
                                          
C) Pendekatan Lingkungan
Pendekatan ini memiliki dua dimensi:
-            Dimensi Lingkungan Fisik, yang terkait dengan: ruang, waktu, dan sarana (gizi) yang menyertai.
-            Dimensi Lingkungan Kimiawi Dan Biologis, yang terkait dengan: polusi, radiasi, virus dan bakteri, populasi makhluk hidup lain.


Daftar Pustaka :
Basuki, Heru A.M. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta
Andi Sunaryo. 2002. Anonim. 1999. Manajemen stress. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press
Samiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ali, M. & Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT    Bumi Aksara.
Fatimah, N. 2006. Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Semarang: Nieuw Setapak.
Christensen,j, paula.2009.proses keperawatan.buku kedokteran. EGC : Jakarta
Schuler, E2002. Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage

Semium, Yustinus .2006. Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Komentar

Postingan Populer