Teori Kepribadian Sehat
TUGAS
KE-1
Teori
Kepribadian Sehat
Nama : Cerly Dwinanda
Kelas : 2PA14
NPM : 12514300
Kelas : 2PA14
NPM : 12514300
A.
Teori Kepribadian Sehat Berdasarkan Aliran
Psikoanalisis
Sigmund
Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisis. Menurut Freud pikiran-pikiran
yang direpres atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal atau
menyimpang.
Sumbangan
terbesar Freud pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam dunia tidak
sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama
yang belum atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi
menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi
menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
Dalam
psikologi Freudian, ketiga tingkat kehidupan mental ini dipahami, baik sebagai
proses maupun lokasi. Tentu saja, keberadaan lokasi dari ketiga tingkat
tersebut bersifat hipotesis dan tidak nyata ada di dalam tubuh. Sekalipun
demikian, ketika membahas alam tidak sadar, Freud melihatnya sebagai suatu alam
tidak sadar sekaligus proses terjadi tanpa disadari.
v Alam
Tidak Sadar
Alam
tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun
insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan
tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali
kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya
seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi
tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja
bersifat tidak rasional.
Dorongan tidak sadar ini muncul di alam
bawah sadar setelah menjalani transformasi tertentu. Contohnya, seseorang dapat
mengekspresikan dorongan erotis atau keinginan untuk melukai orang lain dengan
cara menggoga atau mengolok-olok orang lain. Dorongan sejati (seks atau agresi)
menjadi terselubung dan tersembunyi dari alam sadar kedua orang tersebut. Akan
tetapi, alam tidak sadar orang kedua secara langsung. Keduanya dapat memuaskan
dorongan seksual maupun agresif, tetapi tak satupun di antara mereka menyadari
motif di balik godaan atau olok-olok tersebut. Dengan cara inilah, alam tidak
sadar seseorang bisa berkomunikasi dengan alam tidak sadar dari orang lain,
keduanya sama-sama tidak sadar akan proses tersebut.
Tentu saja, alam tidak sadar bukan berarti
tidak aktif atau dorman. Dorongan-dorongan di alam tidak sadar terus-menerus
berupaya agar disadari, dan kebanyakan berhasil masuk ke alam sadar, sekalipun
tak lagi muncul dalam bentuk asli. Pikiran-pikiran yang tak disadari ini bisa
dan memang memotivasi manusia. Contohnya, amarah seseorang anak terhadap sang
ayah bisa terselubung dalam bentuk kasih sayang yang berlebihan. Apabila tak
bisa disembunyikan, rasa marah seperti ini sudah tentu akan menyebabkan si anak
merasa sangat cemas. Oleh karena itu, alam bawah sadarnya memotivasinya untuk
mengekspresikan rasa marah melalui ungkapan rasa cinta dan pujian yang berlebihan.
Agar selubung itu benar-benar berhasil mengelabui orang tersebut, maka sering
kali perasaan tersebut muncul dalam bentuk yang sama sekali berbeda dengan
perasaan yang sebenarnya, tetapi selalu muncul dalam bentuk yang berlebihan dan
penuh kepura-puraan. (Mekanisme ini dikenal dengan pembentukan reaksi (reaction
formation) yang akan dibahas secara terpisah dibagian berjudul Mekanisme
Pertahanan (Defense Mechanism) yang terdiri dari represi (repression),
pembentukan reaksi (reaction formation), pengalihan (displacement), fiksasi
(fixation), regresi (regression), proyeksi (projection), introyeksi
(introjection), dan sublimasi (sublimation).
v Alam
Bawah Sadar
Alam bawah sadar (preconscious) ini memuat
semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul kesadaran dengan cepat atau
agak sukar (Freud, 1993/1964). Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber,
yang pertama adalah persepsi sadar (conscious perception). Apa yang
dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke
dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain.
Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah
sadar adalah alam tidak sadar. Sedangkan sejumlah gambaran lain dari alam tidak
sadar bisa masuk ke alam sadar karena bersembunyi dengan baik dalam bentuk
mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat.
v Alam
Sadar
Alam sadar (conscious), yang memainkan
peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai
elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua
pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar yaitu
sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia
luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari
luar.
Sumber kedua bagi elemen alam sadar ini
datang dari dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam
yang datang dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas,
tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.
Teori
psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu
energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu
untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada
fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
– Id :
merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego
dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan
menghindari yang tidak menyenangkan.
–
Ego :
merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional
berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara
realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang
ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
–
Super Ego : merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang
diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan
hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar
atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Kepribadian yang sehat menurut
psikoanalisis:
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan
keinginan
B.
Teori Kepribadian Sehat Berdasarkan Aliaran
Behavioristik
Behaviorisme
atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam
psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme —
termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai
perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan
secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak
hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus
memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang
dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati
secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Teori-teori
behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan
kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku. Semua bentuk tingkah laku
manusia adalah hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses penguatan.
Pendekatan behavioristik terhadap kepribadian memiliki dua asumsi dasar, yaitu:
1)
Perilaku harus dijelaskan dalam pengaruh kausal lingkungan terhadap diri
individu
2) Pemahaman
terhadap manusia harus dibangun berdasarkan riset ilmiah objektif dikontrol
dengan seksama dalam eksperimen laboratorium
Manusia
dianalogikan atau dianggap sebagai tikus pintar yang mempelajari labirin
kehidupan. Behavioristik memiliki pandangan tentang kehendak bebas yaitu
perilaku yang ditentukan oleh lingkungan.
Kepribadian yang sehat menurut
behavioristik:
1.
Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan
lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
C. Teori Kepribadian Sehat Berdasarkan
Aliran Humanistik
Aliran ini berkembang pada tahun 1950. Humanistik
merasa tidak puas dengan behaviori maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran
humanistik ini mengarahkan perhatiannya pada humanisasi yang menekankan
keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,yang di
kendalikan oleh nilai-nilai dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada
kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku
yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi,otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
D.
Teori Kepribadian Sehat Berdasarkan Pendapat Allport
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi
dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang
“diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang
akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan
memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”.
Proprium menunjuk
kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti
bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau
proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu,
segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport menyebutnya
“saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang
dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila
semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut
dipersatukan dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah
susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan
suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah.
Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat
membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15
bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran
akan “saya jasmaniah” misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah
benda yang dipegang dalam jari-jarinya.
Identitas diri.
Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak
mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang
terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin
adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa
perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi
pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
Harga diri.
Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal
ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar
mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini
merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan, apabila orang tua
menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang
timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
Perluasan diri (self extension). Tingkat perkembangan diri berikutnya adalah
perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari
orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa
diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang “kepunyaanku”,
ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas dirinya, untuk
memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi,
nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri. Gambaran
diri berkembang pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana
anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang
dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak
belajar bahwa orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah
laku tertentu dan manjauhi itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari
harapan-harapan orangtua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan
tanggung jawab moral serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan
intensi-intensi.
Diri sebagai pelaku rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai
pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru
dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting
ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual.
Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan
proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan proprium (propriate striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium
(propriate striving), tingkat terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan
diri (selfhood) timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu
masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang
baru, segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi
suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang
memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Perkembangan dari daya dorong kedepan,
intensi-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong
kepribadian yang matang. “sasaran-sasaran yang menentukan” ini dalam pandangan
Allport sangat penting untuk kepribadian sehat.
Tujuh tingkat diri atau proprium ini berkembang dari
masa bayi sampai masa adolesensi. Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat
pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta
menghambat integrasi harmonis dari tignkat-tingkat itu dalam proprium.
Dengan demikian pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam
perkembangan kepribadian yang sehat.
7 Kriteria
Kematangan
Tujuh criteria kematangan ini merupakan
pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1). Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas
menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu
kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak.
Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal
ini “pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang
penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Menurut Allport, suatu aktivitas harus relevan dan
penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda
mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting,
menantang kemampuan, membuat anda merasa enak, maka anda merupakan seorang
partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti daripada
pendapatan yang diperoleh dan memuaskan kebutuhan-kebuthan lain juga.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan
berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka ia semakin sehat secara
psikologis. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan
menjadi perluasan perasaan diri.
2). Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang
Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam
hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk
perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu
memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab.
Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan
perluasan diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman
adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang
yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat.
Orang-orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada
kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka membari cinta, maka cinta itu
diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal
balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau
mengikat.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah
suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan
semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami
kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan
kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul
melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan
pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas perasaan terharu,
kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak
mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan
manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan
tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat
universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3). Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu
menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol
emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu
aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam
saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis
menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali
memperlihatkan kemarahan atau kebencian.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang
disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar
menghadapi kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi
mampu memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.
4). Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara
objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah
realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi
semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap
realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5). Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan
perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu, suatu tingkat
kemampuan. Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas,
antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan
orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan
tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak
mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa
yang dikatakan Harvey Cushing, ahli badah otak yang terkenal, “satu-satunya
cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan
perasaan kontinuitis untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan
kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting
melakukannya dengan dedikasi, komotmen, dan keterampilan-keterampilan.
6). Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat
pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang
sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran
diri yang objektif.
Orang yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self
objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan
kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Allport juga
mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah
lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
7). Filsafah Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian
yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan
bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi
perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan
orang yag sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki
nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat
sementara sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua
segi kehidupan.
Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat
hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama
seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan
pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak
ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu perasaan
kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain.
E.
Teori Kepribadian Sehat Berdasarkan Pendapat Carl
Rogers
Carl
Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis
yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya
dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip
dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud
karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan
kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup
alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain
dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Perkembangan
Kepribadian “Self”
Self atau self
concept adalah konsep menyeluruh yang terorganisir mengenai pengalaman
yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self
concept menggambarkan konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri
yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai
perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep
pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat
dikatakan selfmerupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl
Rogers mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai
sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya
sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
Real Self
adalah keadaan diri individu saat ini.
Ideal Self
adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau
apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian
Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih
kongruen/ sebidang. Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan
inkongruen, kongruensi self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan
kesehatan mental, self yang kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara
interpretasi dan persepsi “self I” dan “self me” sesuai dengan realitas
dan interpretasi self yang lain.
Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin
lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin
besar pula penderitaan yang dirasakan dan jika tidak mampu maka akan terjadi
ingkongruensi atau mal-adjustment atau neurosis. Misalkan anda memiliki ideal
selfsebagai orang yang memiliki bentuk tubuh ideal serta memiliki prestasi
yang tinggi dibanding teman –teman anda, tetapi nyatanya real self anda
adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta prestasi anda
adalah rata-rata dengan teman-teman anda maka akan ada kesenjangan antara real
self dan ideal self yang dapat menimbulkan kecemasan.
Bila
seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami
keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya
maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami
sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta
picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami sehat secara psikologis
(kongruen), dalam Syamsu dan Juntika (2010:145) disebutkan sebagai berikut :
1. Seseorang
mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di
lingkungannya secara objektif
2. Terbuka
terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep dirinya
3. Mampu
menggunakan semua pengalaman
4. Mampu
mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person).
Bagian
dari medan fenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola
pengamatan dan penilaian sadar atas diri sendiri. Berkembang dari interaksi
dengan lingkungan Individu berperilaku dengan cara yang selaras/ konsisten
dengan self Pengalaman yang tidak selaras dengan self dianggap sebagai ancaman Self
mungkin berubah sebagai hasil dari maturation dan proses belajar.
Peranan
Positive Regard Dalam Pembentukan Kepribadian
Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain (warmth, liking, respect, sympathy
& acceptance, love & affection). Kebutuhan ini disebut need
for positive regard. Positive regard terbagi menjadi 2
yaitu:
Conditional
positive regard (bersyarat) Conditional
positive regard atau penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan
orang tua memuji, menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh
anak itu berpikir dan bertingkah laku seperti dikehendaki orangtua.
Unconditional
positive regard (tak bersyarat). Unconditional
positive regard disini anak tanpa syarat apapun dihargai dan diterima
sepenuhnya.
Rogers
menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami
penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena
nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak
bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Setelah self dan organism bisa menjadi suatu
kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke lingkungan sosial luar yang
beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia dapat berkembang dengan
sebagaimana mestinya.
Untuk
mengatasi tekanan yang dirasakan, Rogers berpendapat terdapat cara untuk
mengatasinya, yaitu melalui Pertahanan. Ketika individu berada dalam incongruity maka
pada saat itu individu berada dalam situasi terancam. Menjelang situasi yang
mengancam itu individu akan merasa cemas. Salah satu cara menghindarinya adalah
dengan melarikan diri dalam bentuk psikologis dengan menggunakan
pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah pengingkaran dan
distorsi perseptual.
Pengingkaran
adalah individu memblokir situasi yang mengancam melaluimenyingkirkan kenangan
buruk atau rangsangan yang memancing kenangan itu munculdari kesadaran (menolak
untuk mengingatnya). Distorsi perseptual adalah penafsiran kembali sebuah
situasi sedemikian rupasehingga tidak lagi dirasakan terlalu mengancam. Ketika pertahanan
yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa dirinya hancur berkeping-keping
disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu menjadi tidak konsisten,
kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung, emosinya tidak tertata,
tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta menjadi individu yang
tidak punya arah dan pasif.
Orang
yang Berfungsi Sepenuhnya
1. Keterbukaan
pada Pengalaman
Keterbukaan
pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan
yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke system saraf organisme
tanpa distorsi atau rintangan.
Orang
yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi
kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsidan ungkapan baru.
Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut
syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang
peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang
yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian
bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya,
baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat
daripada orang yang defensif.
2. Kehidupan
Eksistensial
Orang
yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan,
karena orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau
kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh tiap pengalaman,
akan tetapi orang yang defensif harus mengubah suatu pengalaman baru untuk
membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu struktur diri yang
berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Rogers percaya
bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat
esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu
yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu
struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen
yang berikutnya.
3. Kepercayaan
Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip
ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada
pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “apabila suatu aktivitas
terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan.
Dengan kata lain saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya
terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya?”.
Dengan
kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman
yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat
diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
Karena
seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka
orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya
akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat
keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
4. Perasaan
Bebas
Rogers percaya
bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami
kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan
bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif
pikiran dan tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak
diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena
merasa bebas dan berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan
dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin
dilakukannya.
Orang
yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat
memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat
mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5. Kreativitas
Semua
orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali
benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus
apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka
dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling
penuh.
Orang
yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak
pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan
adalah tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya
bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan
bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi
lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi
perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau
bencana-bencana alamiah.
F.
Teori Kepribadian Sehat Berdasarkan Pendapat Abraham
Maslow
Abraham
Maslow mengatakan bahwa kepribadian yang sehat adalah Individu yang dapat
mengaktualisasikan dirinya. Individu yang sehat adalah individu yang dapat
mengaktualisasikan diri dengan baik dan imbang, yang artinya mengaktualisasikan
diri secara optimal. Mereka dapat kebutuhan untuk memenuhi potensi-potensi yang
mereka miliki dan mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Syarat untuk
dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya adalah memenuhi hierarki kebutuhan
yang diatas.
Meta
Needs
Meta
needs (meta kebutuhan) merupakan keadaan-keadaan
pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow
juga menyebut kebutuhan tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam
dirinya sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada
dan bukan berjuang kearah objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila
keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau
mencapai keadaan tersebut gagal, maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan
untuk memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah.
Deficiency
Needs
Sedangkan Deficiency
needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi
kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan
ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini
meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga
diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan
penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan
penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas
memilih, orang yang kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan
kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak
aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Ciri-ciri
Actualized People
1. Mempunyai
persepsi akan kenyataan yang lebih efisien
2. Menerima
dirinya sendiri, orang lain dan alam.
3. Memiliki
spontanitas, kesederhanaan dan kealamian
4. Dalam
kehidupannya mereka melakukan pendekatan yang berfokus pada masalah.
5. Mempunyai
kebutuhan akan privasi.
6. Memiliki
kemandirian.
7. Melakukan
penghargaan dengan cara yang selalu baru.
8. Mengalami
pengalaman-pegalaman puncak.
9. Memiliki
keterikatan sosial.
10. Memiliki
hubungan interpersonal yang kuat.
11. Memiliki
sikap yang demokratis
12. Mempunyai
kemampuan untuk membedakan antara cara dan tujuan.
13. Memiliki
rasa humor yang filosofis.
14. Mempunyai
kreativitas
15. Tidak
memilik enkulturasi yang diharuskan oleh kultur.
G.
Teori Kepribadian Sehat Berdasarkan Pendapat Erich
Fromm
Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang
kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai seutuhnya, kreatif,
memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia
dan diri secara obejektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat,
berhubungan dengan dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan
takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi
produktif , yakni suatu konsep yang serupa dengan kepribadian
yang matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasikan diri dari Maslow.
Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari
potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi” , Fromm menunjukan kata
itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi
kehidupan, respons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap
orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap
diri sendiri.
Empat segi tambahan dalam kepribadian yang sehat
dapat membantu menjelaskan apa yang dimaksudkan Fromm dengan orientasi
produktif. Keempat segi tambahan itu adalah cinta yang produktif, pikiran yang
produktif, kebahagian dan suara hati.
Cinta yang produktif adalah suatu hubungan manusia yang bebas dan
sederajat dimana rekan-rekan dapat mempertahankan individualitas mereka.
Tercapainya cinta yang produktif merupakan salah satu dalam prestasi-prestasi
kehidupan yang lebih sulit. Kita tidak “jatuh” dalam cinta; kita harus berusaha
sekuat tenaga karena cinta yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang
– perhatian, tanggung jawab, respek, dan pengetahuan.
Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan
objektivitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap
objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya.
Kebahagian adalah
suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi
produktif; kebahagian itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Fromm
menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana
berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagian merupakan prestasi
kehidupan yang paling luhur.
Suara hati memiliki
dua tipe, yakni suara hati otoriter dan suara hati humanisti. Suara hati
otoriter adalah penguasa yang berasal dari luar yang di internalisasikan, yang
memimpin tingkah laku orang itu. Sedangkan suara hati humanistis ialah suara
dari dalam diri dan bukan juga dari suatu perantara dari luar diri. Pendoman
kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internak dan individual. Orang
bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan
menyikapi seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan
seluruh persetujuan dan kebahagian dari dalam.
Kesehatan
jiwa dalam pandangan Fromm di tetapkan oleh masyarakat, karena kodrat struktur
sosial membantu atau menghalangi kesehatan psikologis. Apabila
masyarakat-masyarakat yang sakit, maka satu-satunya cara untuk mencapai
orientasi produktif ialah dengan hidup dalam suatu masyarakat yang waras dan
sehat, yaitu masyarakat yang memajukan produktivitas.
Ciri-ciri Kepribadian Sehat
Menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Mampu mengembangkan
hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat.
2.
Mampu mencintai
dan dicintai.
3.
Mampu
mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
4.
Mampu hidup
bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat.
5.
Mampu menjaga
jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya.
6.
Memiliki watak
sosial yang produktif.
Sumber :
Basuki, Heru.
(2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Hall S, C &
Lindzey G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Kanisius: Yogyakarta.
Lindsay,Gardner.
Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Kepribadian dan
Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta
Samsyu Yusuf dan
Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Schultz, D.
(1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Komentar
Posting Komentar