Seseorang pernah mengatakan padaku, "menangislah kamu seperti kamu takkan pernah menangis esok, tertawalah kamu seperti kamu takkan mampu tertawa esok, dan tersenyumlah kamu semampu kamu bisa melakukannya. Bahkan hingga hari esok pun, jangan biarkan senyum itu memudar."
Aku merenung, terbersit kalimat sakti itu di kepalaku. Hari ini, bulan purnama muncul seperti telur yang baru saja menetas. Telur bumi yang baru di perlihatkan. Entah mengapa, aku ingin menangis. menangis hingga tak ada stok air mata yang akan keluar untuk esok harinya. Biasanya, aku selalu memandang bulan purnama dengan senyum mengembang, namun kali ini berbeda....
Bulan purnama pun tak mampu menepis rasa sedihku, ah kurasa bukan rasa sedih. Hanya perasaan dimana kamu tidak dapat merasakan apapun. netral. diam. hampa. dan kehampaan itu diisi oleh sehilir puzzle kesedihan. kenangan itu selalu muncul ketika aku sedang dalam kondisi hampa. ia seperti tahu waktu yang tepat untuk dapat merasuki hatiku.
Tes....Tes.... seperti mimpi. air mata ku telah mengalir mulus tanpa seizinku. hanya rasa sakit teramat dalam yang kuyakin tak seorangpun mampu merasakannya. aku merasa penat. tak ada jalan lain yang mampu ku tempuh. jangankan untuk menempuhnya, letak jalan itupun aku tak tahu keberadaannya. bahkan kurasa, tak pernah ada jalan untukku.
Komentar
Posting Komentar